CHAPTER 4
Dan
Rangkaian Pendeteksi Hujan Untuk Menutup Atap
- Mengetahui apa itu konsentrasi larutan
- Mengetahui apa itu analisas geometri
- Mengetahui apa itu titrasi asam basa
- Mengetahui apa itu titrasi redoks
- Mengetahui cara kerja sensor inframerah
- Mengetahui cara kerja rangkaian penutup atap otomatis
- Baterai 9 V
- Resistor 100 ohm
- Motor ( Penggerak )
Sebagai OutPut dari input yang terjadi sehingga bisa menutup atap
- Transistor BC548C
3. Continuous Collector current (IC) is 500mA
4. Emitter Base Voltage (VBE) is 5V
5. Base Current(IB) is 5mA maximum
6. Available in To-92 Package
- Speaker
- Ground
Yaitu dengan menancapkan sebuah batang logam atau pasak biasanya di pasang tegak lurus masuk kedalam tanah. Ada juga yang menggunakan pipa galvanis yang di dalamnya di isi dengan kabel BC, kemudian di hubungkan dengan kabel penyalur melalui bak kontrol.
Bila sistem single grounding masih mendapatkan hasil kurang baik, maka perlu di tambahkan material logam arus pelepas ke dalam tanah yang jarak antara batang logam atau material minimal 2 meter dan dihubungkan dengan kabel BC/BCC.
Penambahan batang logam atau material dapat juga di tanam mendatar dengan kedalaman tertentu, bisa juga mengelilingi bangunan membentuk cincin atau cakar ayam. Kedua teknik ini bisa juga di terapkan secara bersamaan dengan acuan tahanan sebaran/resistansi kurang dari 5 Ohm setelah pengukuran dengan Earth Tester Ground.
3. Maksimum Ground
Maksimum grounding yaitu dengan memasukkan bahan grounding penangkal petir dalam bentuk lembaran tembaga yang diikat oleh kabel BC, serta dengan memasukkan larutan bentonite pada titik grounding penangkal petir tersebut. Hal ini dengan tujuan untuk meningkatkan serta menjaga kualitas resistensi grounding. Biasanya material ini di gunkan pada daerah yang tekstur tanahnya keras atau berbatu.
- Sensor Inframerah
5VDC Operating voltage
I/O pins are 5V and 3.3V compliant
Range: Up to 20cm
Adjustable Sensing range
Built-in Ambient Light Sensor
20mA supply current
Mounting hole
- Logicstate
- Gerbang AND : Apabila semua / salah satu input merupakan bilangan biner (berlogika) 0, maka output akan menjadi 0. Sedangkan jika semua input adalah bilangan biner (berlogika) 1, maka output akan berlogika 1.
- Gerbang OR : Apabila semua / salah satu input merupakan bilangan biner (berlogika) 1, maka output akan menjadi 1. Sedangkan jika semua input adalah bilangan biner (berlogika) 0, maka output akan berlogika 0.
- Gerbang NOT : Fungsi Gerbang NOT adalah sebagai Inverter (pembalik). Nilai output akan berlawanan dengan inputnya.
- Gerbang NAND : Apabila semua / salah satu input bilangan biner (berlogika) 0, maka outputnya akan berlogika 1. Sedangkan jika semua input adalah bilangan biner (berlogika) 1, maka output akan berlogika 0.
- Gerbang NOR : Apabila semua / salah satu input bilangan biner (berlogika) 1, maka outputnya akan berlogika 0. Sedangkan jika semua input adalah bilangan biner (berlogika) 0, maka output akan berlogika 1.
- Gerbang XOR : Apabila input berbeda (contoh : input A=1, input B=0) maka output akan berlogika 1. Sedangakan jika input adalah sama, maka output akan berlogika 0.
- Gerbang XNOR : Apabila input berbeda (contoh : input A=1, input B=0) maka output akan berlogika 0. Sedangakan jika input adalah sama, maka output akan berlogika 1.
Dasar Teori :
4.5 Konsentrasi Larutan
konsentrasi molar, yaitu jumlah mol zat terlarut per liter
larutan.
Contoh soal
Solusi disiapkan dengan melarutkan dari ke dalam air yang cukup untuk membuatnya solusi. Hitung molaritasnya.
Larutan
Langkah 1: Buat daftar jumlah yang diketahui dan rencanakan masalahnya.
Diketahui
- Massa
- Massa molar dari
- Volume larutan
Tidak diketahui
- Molaritas
Massa amonium klorida pertama-tama diubah menjadi mol. Kemudian, molaritas dihitung dengan membagi dengan liter. Perhatikan bahwa volume yang diberikan telah diubah menjadi liter.
Langkah 2: Selesaikan.
42.23gNH4Cl ×1molNH4Cl53.50gNH4Cl= 0,7893molNH4Cl
0.7893molNH4Cl0,5000L= 1,579M
4.6 Analisis Gravimetri
Cara kerja pengukuran gravimetri adalah Pertama, sampel zat dengan komposisi yang tidak diketahui dilarutkan dalam air dandibiarkan bereaksi dengan zat lain untuk membentuk endapan. Kemudian endapannya disaring, dikeringkan, dan ditimbang.
4.7 Titrasi Asam Basa
Teknik yang paling mudah atau yang paling sering digunakan saat mau melakukan netralisasi asam-basa ialah titrasi.Titrasi sendiri ialah penentuan kadar suatu larutan basa dengan larutan asam yang diketahui kadarnya atau sebaliknya, kadar suatu larutan asam dengan larutan basa yang diketahui, dengan didasarkan pada reaksi netralisasi. Titrasi harus dilakukan hingga mencapai titik ekivalen, titik ekivalen adalah keadaan di mana asam dan basa tepat habis bereaksi secara stoikiometri.
Titrasi akan terjadi apabila larutan konsentrasi yang diketahui secara akurat atau biasa disebut solusi standar, ditambahkan secara bertahap pada solusi laiin dari konsentrasi yang tidak diketahui, sampai reaksi diantara kedua solusi selesai. Apabila kita mengetahui volume solusi standar dan ada konsentrasi yang tidak diketahui saat melakukan titrasi, maka dengan ini kita dapat mengetahui atau menghitung konsentrasi solusi yang tidak diketahui.
Berikut merupakan grafik keadaan PH
Untuk PH dibawah 7 maka larutan bersifat asam sedangkan PH diatas 7 larutan bersifat basa.
Rumus yang biasa digunakan
Sebagai contoh :
1. Berapa konsentrasi dari larutan asam asetat CH3COOH jika diketahui untuk titrasi 25 mL larutan CH3COOH tersebut diperlukan 15 mL larutan NaOH 0,05 M agar mencapai titik ekivalen?
Jawab:
Persamaan reaksi netralisasi CH3COOH dengan NaOH:
CH3COOH(aq) + NaOH(aq) → CH3COONa(aq) + H2O(l)
Dari persamaan reaksi, diperoleh: 1 mol CH3COOH 1 mol NaOH
2. Sebanyak 40 mL larutan asam sulfat 0,25 M dititrasi dengan suatu basa bervalensi satu, dan ternyata dibutuhkan 57 mL basa tersebut. Berapakah kemolaran basa yang digunakan tersebut?
Jawab:
Reaksi netralisasi terjadi antara asam sulfat H2SO4 (asam kuat bervalensi dua) dengan suatu basa bervalensi satu.
4.8 Titrasi redoks
Titrasi Redoks merupakan suatu metode analisa yang didasarkan saat terjadinya reaksi oksidasi reduksi antara analit dengan titran. Analit yang mengandung spesi reduktor di titrasi dengan titran yang berupa larutan standart dari oksidator atau sebaliknya.
Dalam oksidimetri, zat yang ditentukan ditentukan untuk bereaksi dengan larutan standar pengoksidasi atau reduksi (reaksi redoks). Segera setelah zat yang ditentukan sepenuhnya teroksidasi atau dikurangi dengan menambahkan larutan standar secara bertahap, setetes larutan standar tidak lagi menemukan pasangan reaksi. Hilangnya zat yang akan ditentukan atau solusi pengukuran yang sekarang berlebih dalam sampel harus diakui sebagai titik akhir dari reaksi agar dapat menentukan jumlah solusi pengukuran yang digunakan hingga titik itu.
Metode yang umum digunakan adalah bromatometri, di mana ion brom digunakan sebagai zat pengoksidasi:
- Proporsi ion bromin (bilangan oksidasi: +5) dan ion bromida (bilangan oksidasi: −1) menjadi brom (biloks.: 0)
Permanganometri, yang menggunakan ion permanganat sebagai zat pengoksidasi:
- Titrasi redoks ion permanganat (biloks: +7) dengan ion besi (II).
serta serimetri, di mana ion serium tetravalen digunakan untuk oksidasi:
- Oksidasi ion besi(II) dengan ion serium(IV).
Metode kalium dikromat sekarang lebih jarang digunakan, dengan ion dikromat bertindak sebagai zat pengoksidasi:
Prosedur percobaan- Percobaan pertama :Sensor tidak mendeteksi adanya air hujan, maka motor tidak akan bergerak menutup atap.
- Percobaan kedua : Air dikenai terhadap sensor dan sensorpun menyala, maka sensor akan menghidupkan motor sehingga motor dapat menutup atap sebagai output adanya air hujan.
- Percobaan pertama :Sensor tidak mendeteksi adanya air hujan, maka motor tidak akan bergerak menutup atap.
- Percobaan kedua : Air dikenai terhadap sensor dan sensorpun menyala, maka sensor akan menghidupkan motor sehingga motor dapat menutup atap sebagai output adanya air hujan.
Gambar Rangkaian
Konsentrasi Larutan
Analisis Gravimetri
Titrasi Asam Basa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar